Kamis 24 Agustus 2023 bertempat pondok pesantren Bunyanun Marshush mengadaka acara, Khitobah Dan Kebahasaan Acara di buka dengan lantunan ayat suci al-quran oleh Akmal Hadziq Alfian (VIII A). Kemudian pembacaan susunan acara oleh Gathan Dava Ardhiyansyah. Setelah itu dilanjut dengan pembukaan sambutan Bapak K.H Ahmad Ruman Masyfu’ S.H.M.Si dalam sambutan beliau menyampaikan beberapa pesan yang berkaitan tentang komunikasi
salah satu pesan tersebut adalah ”Siapa Yang Menguasai Komunikasi Ialah Seorang Raja”, Setelah selesai menyampaikan sambutan tersebut Bapak K.H. Ahmad Ruman Masyfu’.S.H.M.Si selaku pengasuh pondok pesantren Bunyanun Marshush menabuh bas sebanyak 7 kali.
Lalu bapak pengasuh turun dari panggung dan dilanjutkan oleh Ust Wahyu Jimi Pradana yang berisi materi-materi tentang bahasa tentang pentingnya berkomunikasi , setelah itu dialnjut khitobah yang di sampaikan oleh Ahmad Nabil Karim Yang berjudul ”Adab-Adab Berbicara”,
Menurut H.R Tirmidzi,HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad adab-adab berbicara ada 7 yaitu :
1. Menjaga lisan
Poin penting yang harus diperhatikan oleh seorang Muslim adalah menjaga lisannya dengan penuh perhatian. Ia harus mampu menjauhkan lisannya dari perkataan yang bathil, dusta, ghibah, namimah, perkataan kotor, dan segala yang diharamkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Rasulullah SAW telah memberitakan hal itu dengan sabdanya berikut ini:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang dia tidak pikirkan dahulu, Dia akan menggelincirkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa di antara timur.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
2. Berkatalah yang baik atau diam
Berkata yang baik atau diam merupakan salah satu adab berbicara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Karenanya, umat Islam diperintahkan untuk memperhatikan segala ucapannya, seperti berpikir dahulu sebelum berbicara.
Intinya, apabila bermanfaat bagi orang lain, katakanlah. Tapi jika apa yang akan diucapkan itu tidak bertujuan dan akan merugikan orang lain, lebih baik diam. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah dia menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
3. Sedikit berbicara dalam setiap perkataan
Ada beberapa hadits yang menganjurkan untuk sedikit berbicara kecuali dibutuhkan dan ditanya. Sebab, terlalu banyak berbicara merupakan salah satu penyebab jatuhnya seseorang ke dalam dosa.
Oleh karena itu, Islam menganjurkan umat Muslim untuk sedikit berbicara, apalagi untuk hal-hal yang lebih banyak mudharatnya. Al-Mughirah bin Syu’bah RA meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian dari durhaka kepada orangtua, mengharamkan bakhil dan rakus, memakruhkan katanya dan katanya (isu), banyak bertanya, dan mengamburkan harta.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ad-Darimi)
4. Menjauhkan terhadap perkataan dusta
Dusta adalah memberitakan sesuatu yang berbeda dengan kenyataan. Tentunya hal ini dilarang oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sebab, dusta akan membawa seseorang kedalam dosa dan neraka. Seperti yang dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW pada hadits berikut ini:
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada surga, dan sesungguhnya seorang lelaki yang berkata jujur hingga di sisi Allah menjadi orang yang shidiq. Dan sesungguhnya dusta itu membawa seseorang kepada dosa, dan dosa itu membawa kepada neraka. Dan seorang lelaki yang berdusta hingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
5. Dilarang berkata kotor
Rasulullah SAW melarang umat Muslim berkata yang tidak baik seperti mengutuk, perkataan kotor, dan ucapan-ucapan bathil lainnya. Seorang Muslim harus senantiasa bebicara dengan tata cara yang baik, lemah lembut, dan penuh dengan kesopanan.
Ibnu Mas’ud meriwayatkan, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah seorang Mukmin yang sempurna, yang suka mencaci, mengutuk, berbuat, dan berkata kotor.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan At-Tirmidzi)
6. Jangan senang berdebat meski benar
Kecenderungan orang yang suka berdebat adalah mengomentari setiap perkataan orang lain dari sisi lemah atau salahnya. Komentar tersebut biasanya berupa celaan dan kritikan yang dapat mengundang pertikaian. Seseorang yang senang berdebat akan terjerumus ke dalam dosa dan kesesatan.
Karenanya, seorang Muslim sebaiknya menghindari banyak berdebat dengan orang lain walaupun ia benar. Dari Abu Umamah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Aku akan menjamin sebuah istana di sekitar surga bai orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia benar. Dan aku menjamin sebuah istana di tengah-tengah surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bercanda. Dan aku menjamin istana di atas surga bagi orang yang berakhlak mulia.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
7. Larangan membuat pendengar tertawa dengan sesuatu yang dusta
Banyak orang yang dengan sengaja berbohong dan mengada-ada agar pendengarnya tertawa. Jelas ini adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Bahkan Rasullah SAW menjelaskan dalam sabdanya bahwa celakalah bagi seseorang yang berbicara untuk membuat sekelompok orang tertawa dengan suatu kebohongan.
Mua’awiyah bin Haidah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah bagi seseorang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat sekelompok orang tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi)